Oleh: Ina Yatun Khoiriyah/ 220521100124/ Sosiologi 4D
Mahasiswa.co.id – Mudik di Indonesia tentu sudah menjadi tradisi bertahun-tahun bagi masyarakat yang pergi jauh dari tempat tinggalnya untuk merantau ke kota entah untuk bekerja, kuliah ataupun kepentingan lainnya. Hal yang paling ditunggu dari lamanya perjalanan hidup ditanah rantau adalah mudik kembali ke kampung halaman dan bertemu dengan orang-orang tersayang. Begitu pula dengan aku seorang Mahasiswi perantau yang sedang menimba ilmu di Pulau Madura yang katanya banyak stereotip negatif disini ternyata setelah 2 tahun menapaki kaki di Pulau Madura sangatlah berbeda, Madura tidak seburuk itu. Kalau kamu di Madura belum pernah menemukan orang baik maka jadilah salah satu diantara orang baik yang ada disana. Dan inilah secuil kisah petualangan mudik ku menuju rumah meski sempat kebingungan tapi ternyata Tuhan kirimkan manusia baik yang memberikan pertolongan.
Aku mudik tanggal 6 April 20204, H-3 menjelang lebaran padahal kuliahku hanya sampai hari kamis, seandainya mudik dihari jum’at pun bisa tapi sebagai mahasiswi kuliah yang sambil parrttime seperti aku tidak bisa pulang lebih awal seperti teman-teman yang lain. Karena pada tanggal 5 aku masih harus bekerja, jadi aku memutuskan untuk mudik tanggal 6 April 2024. Aku mulai kebingungan karena biasanya sudah sepi tanggal 6 maka akan sangat sulit untuk mencari ojek mahasiswa yang bisa mengantar ke Pelabuhan, terbukti dengan sudah beberapa ojek mahasiswa yang ku hubungi ternyata banyak dari mereka yang sudah pulang kampung. Aku sempat bingung bahkan kalau mau mencari ojek offline disini juga paling tidak harus jalan dulu ke dekat pertigaan lampu merah kamal yang bisa memakan waktu 15 menit dari kos. Akhirnya aku coba tanya ke teman-temanku yang belum pulang siapa tau ada yang bisa membantuku.
Alhamdulilah dari bantuan teman-teman juga ternyata ada satu teman yang satu organisasi juga denganku ternyata dia belum pulang dan rencana pulang besok tanggal 6 April 2024. Mungkin ini yang dinamakan sesudah kesulitan itu pasti ada kemudahan. Aku langsung mengabari temanku yang pulang besok dan ternyata dia mau mengantarku ke Pelabuhan Kamal. Rasanya senang sekali banyak kupu-kupu berterbangan diatas kepalaku, membayangkan esok hari pulang dan bertemu bapak ibu. Malam sebelum pulang aku masih bekerja tapi karena memang nuansa telang yang sangat sepi rasanya pengen cepat kembali dan pulang ke kampung halaman. Bojonegoro, memang kalau terus disana terasa biasa saja tapi kalau di tinggal terasa luar biasa dan kadang untuk pulang saja harus benar-benar mengusahakannya.
Pagi-pagi sekali setelah sahur aku mendapat notif dari temanku katanya dia ingin menjemputku jam 5 pagi setelah shalat subuh, aku sempat kaget bagaimana tidak bukankah Pelabuhan buka masih jam 6 pagi ? tapi ternyata alasannya dia sehabis itu juga harus menjemput temannya untuk pulang bareng sama-sama naik kapal. Akhirnya aku mengerti ternyata ditengah kesibukan dia sendiri, ia masih menyempatkan waktu untuk menolongku. singkat cerita jam 5 pagi dia sudah datang ke kos ku dan membantu membawakan barang yang ingin kubawa pulang.
Kami berangkat ke pelabuhan dengan embun yang masih menutupi jalanan dan suara burung berkicau yang menemani sepanjang perjalanan. Sampailah di Pelabuhan, syukurnya sudah buka. Kami langsung mengantri untuk membeli tiket, tapi anehnya hanya dia yang mengantri dan aku tetap duduk dimotornya, setelah membeli tiket aku langsung bertanya berapa harganya agar bisa ku ganti tapi ternyata dia tidak mau, sempat debat sebentar karena jujur aku sangat merasa hutang budi jika dia tidak menerima uang dariku. Tapi tetap saja dia menolak uangku, dan mengantarku naik kapal. Tak lupa aku berpamitan kepadanya serta berterimakasih untuk kebaikannya. Aku langsung naik kapal ke lantai 2 dan duduk dipinggir agar kelihatan jika ingin melihat laut.
Sebenarnya duduk disini juga bukan tanpa alasan karena aku ingin menulis dan ketika ingin menulis aku harus sedikit menjauh dari keramaian orang. Entah harus mulai darimana aku tidak tau karena yang jelas aku bersyukur hari ini ada orang yang sangat baik menolongku.
“Dear manusia baik, terimakasih untuk kebaikanmu hari ini, akhirnya aku bisa mudik dengan bantuan darimu dan bertemu dengan orang-orang tersayang dirumahku. seperti laut kamu itu tenang dan teduh tapi aku tidak tau seberapa menakutkan ombakmu? Entah sehabis ini akan ada episode selanjutnya atau berakhir dimana? Aku tidak tau. biarkan seperti laut yang mengalir entah kemana atau bahkan tidak ada ujungnya? Tapi satu hal yang pasti, momen ini akan abadi bersama tulisan yang kutulis hari ini.”
Setelah selesai menulis tak terasa perjalanan sudah sampai di Surabaya saatnya turun dan mencari angkot tujuan Stasiun Pasar Turi Surabaya. Alhamdulilah akhirnya tinggal naik kereta dan sampai di Bojonegoro.
Analisis essay “Jejak Kebaikan : Tulisan di Tengah Samudra Dalam Petualangan Menuju Rumah” Dalam Perspektif Tindakan Afektif Webber
Max Webber adalah seorang Sosiolog terkenal yang menyatakan bahwa tindakan afektif sebagai Tindakan yang didorong oleh emosi, perasaan atau afeksi, rasa simpati dan bukan hanya pertimbangan rasional. Dalam perspektif Webber Tindakan afektif menjadi penting dan berbeda dari yang lain karena menunjukkan bahwa manusia tidak selalu bertindak secara rasional tetapi juga dipengaruhi oleh perasaan subjektif yang kuat seperti rasa simpati terhadap orang lain.
Seperti yang telah diceritakan oleh penulis dalam konteks Tindakan Afektif seperti mengantar ke pelabuhan dan membelikan tiket tanpa mau diganti uangnya, Max Webber melihatnya sebagai tindakan yang didorong oleh emosi atau perasaaan yang kuat seperti rasa simpati, persahabatan dan kekeluargaan ditanah rantau. dan benar kata Webber dari tindakan yang dilakukan oleh orang baik yang ceritakan penulis menunjukkan bahwa tidak semua tindakan manusia didasarkan pertimbangan rasional atau kepentingan pribadi, tetapi juga berasal dari dorongan emosional atau afektif yang kuat.